Rabu, 19 September 2012

Manusia Dalam Pendidikan

Konsep Manusia Dalam Pendidikan

Manusia disebut “Homo Sapiens”. Artinya, makhluk yang mempunyai kemampuan untuk berilmu pengetahuan. Salah satu insting manusia adalah selalu cenderung ingin mengetahui segala sesuatu disekelilingnya, yang belum diketahuinya. Berawal dari rasa ingin tahu maka timbulah ilmu pengetahuan.

Dalam hidupnya manusia digerakan sebagian oleh kebutuhan untuk mencapai sesuatu, dan sebagian lagi oleh tanggung jawab sosial dalam masyarakat. Manusia bukan hanya mempunyai kemampuan-kemampuan, tetapi juga mempunyai keterbatasan-keterbatasan, dan juga tidak hanya mempunyai sifat-sifat yang baik, namun juga mempunyai sifat-sifat yang kurang baik.

Menurut pandangan pancasila, manusia mempunyai keinginan untuk mempertahankan hidup dan menjaga kehidupan lebih baik. Ini merupakan naluri yang paling kuat dalam diri manusia. Pancasila sebagai falsafah hidup manusia Indonesia, memberikan pedoman bahwa kehidupan manusia didasarkan atas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan, baik dalam hidup manusia sebagai individu, hubungan manusia dengan masyarakat, hubungan manusia dengan alam, hubungan bangsa dengan bangsa, dan hubungan manusia dengan Tuhannya, maupun manusia dalam mengejar kemajuan lahiriah dan kebahagiaan rohaniah.

Ajaran Islam memandang manusia sebagai tubuh, akal dan hati nurani. Potensi dasar manusia yang dikembangkan itu, tidak lain adalah bertuhan dan cenderung kepada kebaikan bersih dari dosa, berilmu pengetahuan serta bebas memilih dan berkreasi. kemampuan kreatif manusia pun berkembang secara bertahap sesuai ukuran tingkat kekuatan dan kelemahan unsur penunjang kreativitas seperti pendengaran, penglihatan serta pikiran. Sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi, manusia dituntut mampu mengelola alam dengan beragam ilmu pengetahuan.

Tampaklah bahwa manusia itu sangat membutuhkan pendidikan. Karena melalui pendidikan manusia dapat mempunyai kemampuan-kemampuan mengatur dan mengontrol serta menentukan dirinya sendiri. Melalui pendidikan pula perkembangan kepribadian manusia dapat diarahkan kepada yang lebih baik. Dan melalui pendidikan kemampuan tingkah laku manusia dapat didekati dan dianalisis secara murni.

Makna Film 3 Idiot

berikut pesan yang bisa diambil maknanya dari film 3 idiots :

Selalu berpikir positif -> jika kita selalu berpikir positif, masalah seberat apapun akan medah menemukan jalan keluarnya
Hiduplah sesuai dengan hasrat hidupmu -> jangan hanya menuruti ambisi orang lain yang mungkin tidak membuatmu nyaman dalam menajalankannya. ini hidup kita, kita tau mana yang baik untuk diri kita sendiri
Jangan hanya mengejar ambisi -> jangan hanya mengejar ambisi, atau jangan terlalu berambisi untuk sebuah prestasi atau penghargaan. Lakukan segala sesuatunya dengan benar serta bersungguh – sungguh dan penghargaan atau prestasi akan datang dengan sendirinya sebagai bonus atas usaha kita.
Jangan egois -> dalam hidup kita juga ada orang lain yang perlu dibantu dan didukung.
Berani mengungkapkan keinginan -> meskipun terkadang keinginan itu bertentangan dengan kepentingan orang lain, selama itu baik buat kita dan benar, jangan takut untuk mengungkapkannya apalagi melakukannya.
Berbakti pada orang tua
Setia kawan -> selalu membantu teman di kala susah dan bersama di kala senang

Senin, 10 September 2012

CITA-CITAKU KULIAH DI UNM BAGIAN I



CITA-CITAKU KULIAH DI UNM BAGIAN I

Ketika kita mendengar kata “kampus” maka di benak kita akan terbayangkan sebuah tempat belajar yang asyik ,yang terdapat fasilitas untuk manambah ilmu, pengajar ataupun dosen yang berkualitas serta suasana yang interaktif, dan di dalamnya terdapat mahasiswa yang berintelektual yang memiliki kepekaan social yang tinggi sebagai agent of change, social control, dan iron stock.

UNM adalah Universitas Negeri Makassar yang dimana UNM adalah salah satu dari tiga Universitas Negeri di Makassar. UNM dulu lebih dikenal kampus IKIP yang memiliki nilai historys yang panjang. UNM adalah Universitas yang akan mencetak tokoh “oemar bakri” pada lagu iwan fals.

Dahulu waktu aku duduk di bangku SD aku itu bangga sama guruku sehingga aku bercita-cita menjadi seperti apa yang dilakoni sama guruku. “Guru” memili arti panjang yang dimana mungkin aku tak bisa menyampaikannya secara terperinci, tetapi yang jelas guru itu adalah orang yang menyampaikan kebenaran. Sehingga hal itu yang mendasariku untuk berusaha menjadi guru jua seperti guruku. Usaha yang aku lakukan adalah “belajar”. Dan kemudian setelah aku menukutu UN di SMA maka aku berada di pertigaan jalan antara: 

1.     Jalan pendidikan dimana jalan ini mewajibkanku untuk melanjutkan studyku, namun ku’berpikir berapa biaya yang akan di keluarkan oleh orang tuaku.
2.     Jalan pernikahan dimana jalan ini mengantarku untuk mencari pasangan hidup agar ku’dapat menjalankan kewajibanku sebagai lelaki, yang hanya bermodalkan sepetak sawah.
3.     Jalan usaha dimana jalan ini membawaku untuk bekerja dalam sebuah perusahaan yang dapat menerima ijazah SMA atau kah ku membuat usaha kecil-kecilan sendiri.

Setelah ku pertimbangkan dengan matang-matang selama 1 tahun dan ternyata di dalam pertimbanganku itu aq merasa dalam kebosanan. Akhirnya ku memilih jalan pertama. Dan ku’mencoba tes masuk UNM dengan jalur SNMPTN. Dan Alhamdulillah dengan sujud syukur akhirnya ku’masuk di jurusan pendidikan sejarah FIS UNM.
        
  Setelah ku masuk UNM semua hal tentang dunia pendidikan mulai aq belajar memahami satu per satu. Dan ternyata ku sadar ternyata dunia kampus UNM tidak sebaik yang aku pikirkan dahulu.

BACA DI CITA-CITAKU KULIAH DI UNM BAGIAN II
Akbar carut di www.duniamaros.blogspot.com 

Minggu, 09 September 2012

ORASI UNM

ORASI AIR MATA

Ceritakan padanya orange yang merah di bayang – bayang revolusi
Bahwa disini ada teriakan menggetarkan singgasana
Pernah menjatuhkan zaman menyungging
Terik matahari berbaur menetaskan darah
melahirkan nayanyian membara.
Oeee…kau yang lahir di musim hujan
Jangan kemarau.
Anak-anak menunggumu memerahkan negeri
Orange-kan pelita perlawanan oleh syair –syair merana
Selaksa mereka tersinggung menyimak cerita
Kita telah gerah menempa kebohongan.
Kita telah lelah pada kesombongan
Meretas pilu
Pura – pura merdeka
Kita telah mengitan tanah
Dari sumpah dan janji atas restu air mata
memeluk derita kesedihan

orasi air mata
adalah penanda kita berani melawan ketakutan
ketakutan yang kini di itari orange merah yang melilit bangkit melawan
di bawah panji sembilan mata orange
ada kau generasi terikat tali naluri cemas kesemestaan
bangkit adalah bendera kemenangan
menambah coretan sejarah kau datang
lipatlah satu persatu serta jadikan bingkisan yang akan memerahkan semangat satu-satu
lalu datang menjemput angka –angka dijalan oleh pesan-pesan ibumu
di tengah rakyat kita bersamai menyemai rindu perlawanan.

Ceritakan padanya orange yang merah di bayang – bayang revolusi
Bahwa disini ada teriakan menggetarkan singgasana
Pernah menjatuhkan zaman menyungging
Terik matahari berbaur menetaskan darah
melahirkan nayanyian membara.

Irfan Palippui (Presma BEM UNM)

teori-terori sosial



Teori Fungsional – Struktural
Teori Fungsional-struktural adalah sesuatu yang urgen dan sangat bermanfaat dalam suatu kajian tentang analisa masalah social. Hal ini disebabkan karena studi struktur dan fungsi masyarakat merupakan sebuah masalah sosiologis yang telah menembus karya-karya para pelopor ilmu sosiologi dan para ahli teori kontemporer.
Oleh karena itu karena pentingnya pembahasan ini maka kami dari kelompok 2 mengangkat tema ini. Mudah-mudahan dapat bermanfaat.

Tinjauan singkat tentang Teori Fungsional Struktural
Pokok-pokok para ahli yang telah banyak merumuskan dan mendiskusikan hal ini telah menuangkan berbagai ide dan gagasan dalam mencari paradigma tentang teori ini, sebut saja George Ritzer ( 1980 ), Margaret M.Poloma ( 1987 ), dan Turner ( 1986 ). Drs. Soetomo ( 1995 ) mengatakan apabila ditelusuri dari paradigma yang digunakan, maka teori ini dikembangkan dari paradigma fakta social. Tampilnya paradigma ini merupakan usaha sosiologi sebagai cabang ilmu pengetahuan yang baru lahir agar mempunyai kedudukkan sebagai cabang ilmu yang berdiri sendiri.
Secara garis besar fakta social yang menjadi pusat perhatian sosiologi terdiri atas dua tipe yaitu struktur social dan pranata social. Menurut teori fungsional structural, struktur sosial dan pranata sosial tersebut berada dalam suatu system social yang berdiri atas bagian-bagian atau elemen-elemen yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa teori ini ( fungsional – structural ) menekankan kepada keteraturan dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam system sosial, fungsional terhadap yang lain, sebaliknya kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau hilang dengan sendirinya. Dalam proses lebih lanjut, teori inipun kemudian berkembang sesuai perkembangan pemikiran dari para penganutnya.
Emile Durkheim, seorang sosiolog Perancis menganggap bahwa adanya teori fungsionalisme-struktural merupakan suatu yang ‘berbeda’, hal ini disebabkan karena Durkheim melihat masyarakat modern sebagai keseluruhan organisasi yang memiliki realitas tersendiri. Keseluruhan tersebut menurut Durkheim memiliki seperangkat kebutuhan atau fungsi-fungsi tertentu yang harus dipenuhi oleh bagian-bagian yang menjadi anggotanya agar dalam keadaan normal, tetap langgeng. Bilamana kebutuhan tertentu tadi tidak dipenuhi maka akan berkembang suatu keadaan yang bersifat “ patologis “. Para fungsionalis kontemporer menyebut keadaan normal sebagai ekuilibrium, atau sebagai suatu system yang seimbang, sedang keadaan patologis menunjuk pada ketidakseimabangan atau perubahan social.
Robert K. Merton, sebagai seorang yang mungkin dianggap lebih dari ahli teori lainnya telah mengembangkan pernyataan mendasar dan jelas tentang teori-teori fungsionalisme, ( ia ) adalah seorang pendukung yang mengajukan tuntutan lebih terbatas bagi perspektif ini. Mengakui bahwa pendekatan ini ( fungsional-struktural ) telah membawa kemajuan bagi pengetahuan sosiologis.
Merton telah mengutip tiga postulat yang ia kutip dari analisa fungsional dan disempurnakannya, diantaranya ialah :
1. postulat pertama, adalah kesatuan fungsional masyarakat yang dapat dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari system sosial bekerjasama dalam suatu tingkatan keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa menghasilkan konflik berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur. Atas postulat ini Merton memberikan koreksi bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari satu masyarakat adalah bertentangan dengan fakta. Hal ini disebabkan karena dalam kenyataannya dapat terjadi sesuatu yang fungsional bagi satu kelompok, tetapi dapat pula bersifat disfungsional bagi kelompok yang lain.
2. postulat kedua, yaitu fungionalisme universal yang menganggap bahwa seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif. Terhadap postulat ini dikatakan bahwa sebetulnya disamping fungsi positif dari sistem sosial terdapat juga dwifungsi. Beberapa perilaku sosial dapat dikategorikan kedalam bentuk atau sifat disfungsi ini. Dengan demikian dalam analisis keduanya harus dipertimbangkan.
3. postulat ketiga, yaitu indispensability yang menyatakan bahwa dalam setiap tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, objek materiil dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan dan merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan system sebagai keseluruhan. Menurut Merton, postulat yang kertiga ini masih kabur ( dalam artian tak memiliki kejelasan, pen ), belum jelas apakah suatu fungsi merupakan keharusan.

Pengaruh Teori ini dalam Kehidupan Sosial
Talcott Parsons dalam menguraikan teori ini menjadi sub-sistem yang berkaitan menjelaskan bahwa diantara hubungan fungsional-struktural cenderung memiliki empat tekanan yang berbeda dan terorganisir secara simbolis :
  1. pencarian pemuasan psikis
  2. kepentingan dalam menguraikan pengrtian-pengertian simbolis
  3. kebutuhan untuk beradaptasi dengan lingkungan organis-fisis, dan
  4. usaha untuk berhubungan dengan anggota-anggota makhluk manusia lainnya.
Sebaliknya masing-masing sub-sistem itu, harus memiliki empat prasyarat fungsional yang harus mereka adakan sehingga bias diklasifikasikan sebagai suatu istem. Parsons menekankan saling ketergantungan masing-masing system itu ketika dia menyatakan : “ secara konkrit, setiap system empiris mencakup keseluruhan, dengan demikian tidak ada individu kongkrit yang tidak merupakan sebuah organisme, kepribadian, anggota dan sistem sosial, dan peserta dalam system cultural “.
Walaupun fungsionalisme struktural memiliki banyak pemuka yang tidak selalu harus merupakan ahli-ahli pemikir teori, akan tetapi paham ini benar-benar berpendapat bahwa sosiologi adalah merupakan suatu studi tentang struktur-struktur social sebagai unit-unit yang terbentuk atas bagian-bagian yang saling tergantung.
Fungsionalisme struktural sering menggunakan konsep sistem ketika membahas struktur atau lembaga sosial. System ialah organisasi dari keseluruhan bagian-bagian yang saling tergantung. Ilustrasinya bisa dilihat dari system listrik, system pernapasan, atau system sosial. Yang mengartikan bahwa fungionalisme struktural terdiri dari bagian yang sesuai, rapi, teratur, dan saling bergantung. Seperti layaknya sebuah sistem, maka struktur yang terdapat di masyarakat akan memiliki kemungkinan untuk selalu dapat berubah. Karena system cenderung ke arah keseimbangan maka perubahan tersebut selalu merupakan proses yang terjadi secara perlahan hingga mencapai posisi yang seimbang dan hal itu akan terus berjalan seiring dengan perkembangan kehidupan manusia.
TEORI KONFLIK MENURUT KARL MARX
1. Teori Konflik Karl Marx (1818- 1883)
Teori konflik Karl Marx didasarkan pada pemilikan sarana- sarana produksi sebagai unsur pokok pemisahan kelas dalam masyarakat.
Marx mengajukan konsepsi mendasar tentang masyarakat kelas dan perjuangannya. Marx tidak mendefinisikan kelas secara panjang lebar tetapi ia menunjukkan bahwa dalam masyarakat, pada abad ke- 19 di Eropa di mana dia hidup, terdiri dari kelas pemilik modal (borjuis) dan kelas pekerja miskin sebagai kelas proletar. Kedua kelas ini berada dalam suatu struktur sosial hirarkis, kaum borjuis melakukan eksploitasi terhadap kaum proletar dalam proses produksi.. Eksploitasi ini akan terus berjalan selama kesadaran semu eksis (false consiousness) dalam diri proletar, yaitu berupa rasa menyerah diri, menerima keadaan apa adanya tetap terjaga.
Ketegangan hubungan antara kaum proletar dan kaum borjuis mendorong terbentuknya gerakan sosial besar, yaitu revolusi. Ketegangan tersebut terjadi jika kaum proletar telah sadar akan eksploitasi kaum borjuis terhadap mereka.

TEORI KONFLIK MENURUT LEWIS A. COSER
1. Teori Konflik Lewis A. Coser
Konflik dapat merupakan proses yang bersifat instrumental dalam pembentukan, penyatuan dan pemeliharaan struktur sosial. Konflik dapat menempatkan dan menjaga garis batas antara dua atau lebih kelompok. Konflik dengan kelompok lain dapat memperkuat kembali identitas kelompok dan melindunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekelilingnya.
Seluruh fungsi positif konflik tersebut dapat dilihat dalam ilustrasi suatu kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain. Misalnya, pengesahan pemisahan gereja kaum tradisional (yang memepertahankan praktek- praktek ajaran katolik pra- Konsili Vatican II) dan gereja Anglo- Katolik (yang berpisah dengan gereja Episcopal mengenai masalah pentahbisan wanita). Perang yang terjadi bertahun- tahun yang terjadi di Timur Tengah telah memperkuat identitas kelompok Negara Arab dan Israel.
Coser (1956: 41) melihat katup penyelamat berfungsi sebagai jalan ke luar yang meredakan permusuhan, yang tanpa itu hubungan- hubungan di antara fihak- fihak yang bertentangan akan semakin menajam. Katup Penyelamat (savety-value) ialah salah satu mekanisme khusus yang dapat dipakai untuk mempertahankan kelompok dari kemungkinan konflik sosial.Katup penyelamat merupakan sebuah institusi pengungkapan rasa tidak puas atas sebuah sistem atau struktur. Contohnya Badan perwakilan Mahasiswa atau panitia kesejahteraan Dosen. Lembaga tersebut membuat kegerahan yang berasal dari situasi konflik tersalur tanpa menghancurkan sistem tersebut.
Menurut Coser konflik dibagi menjadi dua, yaitu:
  1. Konflik Realistis, berasal dari kekecewaan terhadap tuntutan- tuntutan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan, dan yang ditujukan pada obyek yang dianggap mengecewakan. Contohnya para karyawan yang mogok kerja agar tuntutan mereka berupa kenaikan upah atau gaji dinaikkan.
  2. Konflik Non- Realistis, konflik yang bukan berasal dari tujuan- tujuan saingan yang antagonis, tetapi dari kebutuhan untuk meredakan ketegangan, paling tidak dari salah satu pihak. Coser menjelaskan dalam masyarakat yang buta huruf pembasan dendam biasanya melalui ilmu gaib seperti teluh, santet dan lain- lain. Sebagaimana halnya masyarakat maju melakukan pengkambinghitaman sebagai pengganti ketidakmampuan melawan kelompok yang seharusnya menjadi lawan mereka.
TEORI KONFLIK MENURUT RALF DAHRENDORF

1. Teori Konflik Ralf Dahrendorf
Teori konflik Ralf Dahrendorf merupakan separuh penerimaan, separuh penolakan, serta modifikasi teori sosiologi Karl Marx. Karl Marx
Pendapat Dahrendorf (1959: 176) dalam buku Sosiologi Kontemporer halaman 136:
Secara empiris, pertentangan kelompok mungkin paling mudah di analisa bila dilihat sebagai pertentangan mengenai ligitimasi hubungan- hubungan kekuasaan. Dalam setiap asosiasi, kepentingan kelompok penguasa merupakan nilai- nilai yang merupakan ideologi keabsahan kekuasannya, sementara kepentingan- kepentingan kelompok bawah melahirkan ancaman bagi ideologi ini serta hubungan- hubungan sosial yang terkandung di dalamnya.
Misalnya kasus kelompok minoritas yang pada tahun 1960-an kesadarannya telah memuncak, antara lain termasuk kelompok- kelompok kulit hitam, wanita, suku Indian dan Chicanos. Kelompok wanita sebelum tahun 1960-an merupakan kelompok semu yang ditolak oleh kekuasan di sebagian besar struktur sosial di mana mereka berpartisipasi. Pada pertengahan tahun 1960-an muncul kesadaran kaum wanita untuk menyamakan derajatnya dengan kaum laki- laki., yang kemudian diikuti oleh perkembangan kelompok yang memperjuangkan kebebasan wanita.
TEORI INTERAKSI SIMBOLIK
Tokoh teori interaksi simbolik antara lain : George Herbert Mend, Herbert Blumer, Wiliam James, Charles Horton Cooley. Teori interaksi simbolik menyatakan bahwa interaksi sosial adalah interaksi symbol. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol yang lain memberi makna atas simbol tersebut.
Asumsi-asumsi:
1. Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi melalui tindakan bersama dan membentuk organisasi.
2.Interaksi simbolik mencangkup pernafsiran tindakan. Interaksi non simbolik hanyalah mencangkup stimulus respon yang sederhana.


PELAPISAN SOSIAL /STRATIFIKASI SOSIAL
Pelapisan sosial adalah perbedaan tinggi rendah kedudukan seseorang/sekelompok orang dibandingkan dengan sseseorang atau sekelompok orang lain dalam masyarakat. Pelapisan sosial dapat terjadi karena pengaruh berbagai kriteria, antara lain ekonomi, politik, sosial.
1. Sistem Pelapisan Sosial
Menurut status kependudukan asli atau pendatang misalnya di daerah Jawa dengan adanya cikal bakal yaitu orang yang merintis tinggal didaerah tersebut dan mempunyi keturunan di daerah tersebut, womg baku yaitu orang yang mempunyai saudara, tanah, dan lahir di daerah tersebut, pendatang yaitu orang yang membeli tanah dan membangun didaerah tersebut. Sedangkan di Sumatra Utara ada yang disebut dengan Sipunta huta/bangsa taneh yaitu keturunan nenek moyang dan penduduk pendatang.
2. Diferensiasi Sosial
Diferensiasi sosial ialah perbedaan sosial dalam masyarakat secara horisontal. Bentuk diferensiasi sosial yaitu diferensiasi jenis kelamin, diferensiasi agama, diferensiasi profesi dsb.

TEORI PERTUKARAN SOSIAL (Social Exchange Theory)

Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang dapat mencapai suatu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan mengkaji hubungan di antara dua orang (dyadic relationship). Suatu kelompok dipertimbangkan untuk menjadi sebuah kumpulan dari hubungan antara dua partisipan tersebut.Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi manusia melibatkan pertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward) dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respons dari individu-individu selama berinteraksi sosial. Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau lebih banyak dari biaya, maka interaksi kelompok kan diakhiri, atau individu-individu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan apapun yang mereka cari.
Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena berusaha menjelaskan fenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan perilaku mengenai biaya dan imbalan.
Tokoh-tokoh yang mengembangkan teori pertukaran sosial antara lain adalah psikolog John Thibaut dan Harlod Kelley (1959), sosiolog George Homans (1961),Richard Emerson (1962), dan Peter Blau (1964). Berdasarkan teori ini, kita masuk kedalam hubungan pertukaran dengan orang lain karena dari padanya kita memperolehimbalan. Dengan kata lain hubungan pertukaran dengan orang lain akan menghasilkansuatu imbalan bagi kita. Seperti halnya teori pembelajaran sosial, teori pertukaran sosialpun melihat antara perilaku dengan lingkungan terdapat hubungan yang salingmempengaruhi (reciprocal). Karena lingkungan kita umumnya terdiri atas orang-orangl ain, maka kita dan orang-orang lain tersebut dipandang mempunyai perilaku yang salingmempengaruhi Dalam hubungan tersebut terdapat unsur imbalan (reward), pengorbanan(cost) dan keuntungan (profit). Imbalan merupakan segala hal yang diperloleh melaluiadanya pengorbanan, pengorbanan merupakan semua hal yang dihindarkan, keuntungan adalah imbalan dikurangi oleh pengorbanan. Jadi perilaku sosial terdiri ataspertukaran paling sedikit antar dua orang berdasarkan perhitungan untung-rugi. Misalnya,pola-pola perilaku di tempat kerja, percintaan, perkawinan, persahabatan – hanya akanlanggeng manakala kalau semua pihak yang terlibat merasa teruntungkan. Jadi perilakuseseorang dimunculkan karena berdasarkan perhitungannya, akan menguntungkan bagidirinya, demikian pula sebaliknya jika merugikan maka perilaku tersebut tidak ditampilkan.

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DARI KETIADAAN

PENCIPTAAN ALAM SEMESTA DARI KETIADAAN 


Teori steady state ilmuwan beranggapan bahwa jagat raya hanyalah akumulasi materi dan tidak mempunyai awal. Tidak ada momen "penciptaan", yakni momen ketika alam semesta dan segala isinya muncul. Gagasan "keberadaan abadi" ini sesuai dengan pandangan orang Eropa yang berasal dari filsafat materialisme. Filsafat ini, yang awalnya dikembangkan di dunia Yunani kuno, menyatakan bahwa materi adalah satu-satunya yang ada di jagat raya dan jagat raya ada sejak waktu tak terbatas dan akan ada selamanya. Immanuel Kant-lah yang pada masa Pencerahan Eropa, menyatakan dan mendukung kembali materialisme. Kant menyatakan bahwa alam semesta ada selamanya dan bahwa setiap probabilitas, betapapun mustahil, harus dianggap mungkin. Pengikut Kant terus mempertahankan gagasannya tentang alam semesta tanpa batas beserta materialisme. Pada awal abad ke-19, gagasan bahwa alam semesta tidak mempunyai awal- bahwa tidak pernah ada momen ketika jagat raya diciptakan-secara luas diterima. Pandangan ini dibawa ke abad ke-20 melalui karya-karya materialis dialektik seperti Karl Marx dan Friedrich Engels. Georges Politzer, yang mendukung dan mempertahankan gagasan ini dalam buku-bukunya yang diterbitkan pada awal abad ke-20, adalah pendukung setia Marxisme dan Materialisme. Dengan mempercayai kebenaran model "jagat raya tanpa batas", Politzer menolak gagasan penciptaan dalam bukunya Principes Fondamentaux de Philosophie ketika dia menulis: Alam semesta bukanlah objek yang diciptakan, jika memang demikian, maka jagat raya harus diciptakan secara seketika oleh Tuhan dan muncul dari ketiadaan. Untuk mengakui penciptaan, orang harus mengakui, sejak awal, keberadaan momen ketika alam semesta tidak ada, dan bahwa sesuatu muncul dari ketiadaan. Ini pandangan yang tidak bisa diterima sains. Penemuan Big BAng pada tahun 1929. Pada tahun itu, astronomer Amerika, Edwin Hubble, yang bekerja di Observatorium Mount Wilson California, membuat penemuan paling penting dalam sejarah astronomi. Ketika mengamati sejumlah bintang melalui teleskop raksasanya, dia menemukan bahwa cahaya bintang-bintang itu bergeser ke arah ujung merah spektrum, dan bahwa pergeseran itu berkaitan langsung dengan jarak bintang-bintang dari bumi. Penemuan ini mengguncangkan landasan model alam semesta yang dipercaya saat itu. Menurut aturan fisika yang diketahui, spektrum berkas cahaya yang mendekati titik observasi cenderung ke arah ungu, sementara spektrum berkas cahaya yang menjauhi titik observasi cenderung ke arah merah. Pengamatan Hubble menunjukkan bahwa menurut hukum ini, benda-benda luar angkasa menjauh dari kita. Tidak lama kemudian, Hubble membuat penemuan penting lagi; bintang- bintang tidak hanya menjauh dari bumi; mereka juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya kesimpulan yang bisa diturunkan dari alam semesta di mana segala sesuatunya saling menjauh adalah bahwa alam semesta dengan konstan "mengembang". Kebenaran lain yang terungkap dalam Al Quran adalah pengembangan jagat raya yang ditemukan pada akhir tahun 1920-an. Penemuan Hubble tentang pergeseran merah dalam spektrum cahaya bintang diungkapkan dalam Al Quran sebagai berikut: "Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya." (QS. Adz-Dzaariyat, 51: 47) Singkatnya, temuan-temuan ilmu alam modern mendukung kebenaran yang dinyatakan dalam Al Quran dan bukan dogma materialis. Materialis boleh saja menyatakan bahwa semua itu "kebetulan", namun fakta yang jelas adalah bahwa alam semesta terjadi sebagai hasil penciptaan dari pihak Allah dan satu-satunya pengetahuan yang benar tentang asal mula alam semesta ditemukan dalam firman Allah yang diturunkan kepada kita.

mahasiswa sebagai agent of change

Semua orang berkata, Mahasiswa adalah agent of change. Dilain bahasa, mahasiswa adalah agent perubahan. Tapi sanggupkah seorang mahasiswa mengubah orang lain, merubah lingkungannya. Jika ia sendiri tidak mampu merubah dirinya sendiri.
Demikianlah sedikit cuplikan promo renungan mahasiswa radio Dakwah Buana Swara, DBS 104,3 FM. Sebuah renungan untuk mahasiswa.


Kajian tentang mahasiswa sebagai agent of change merupakan sebuah tanggung jawab dan amanat. Sebagai mahasiswa pergerakan mahasiswa dituntut untuk bisa merubah tatanan dunia birokrasi kampus yang ada di sebuah perguruan tinggi, lebih-lebih juga terhadap tatanan dalam kehidupan social sebagai momen yang paling berharga.
Sejenak berbicara soal pergerakan, tentu di benak kita tidak akan lepas dari pemuda, karena mahasiswa merupakan bagian dari pemuda yang mempunyai peran aktif dalam berbagai bentuk pergerakan. Namun sebelum kita lebih dalam membahas dan memahami pergerakan mahasiswa, terlebih dahulu kita harus memahami dan mengerti kondisi dunia birokrasi yang ada di kampus kita sendiri. Sebab tidak akan sama antara sebuah perguruan tinggi yang ada di perkotaan dengan kampus yang ada di pedesaan yang nota benenya jauh dari keramaian atau pusat sejuta informasi. Begitu pula dengan mahasiswanya yang ada di perguruan tinggi tersebut, tentu akan berbeda pola piker kritisnya walaupun nalarnya tidak jauh-juah amat berbeda. Ini bisa saja terjadi atau bisa disebabkan sugesty dunia luar yang dapat di ciptakan sebuah peluang dalam mencari dan mendapatkan sejuta berita dan informasi yang ada. So… jelas berbeda antara mahasiswa yang bebas bersinggungan dengan public disbanding mahasiswa yang bisa dikatakan terisolasi oleh sebuah system birokrasi.
Sejarah mengatakan, para pemuda dengan semangat patriotismenya sanggup melahirkan dan mengikrarkan sumpah pemuda yang bertepatan pada tanggal 28 Oktober 1928 sebagai tonggak perjuangan bangsa, hingga kini hari bersejarah itu dikenal dengan hari sumpah pemuda. Tentu itu semua berangkat dari semangat juang patriotisme yang mereka miliki sebagai pemuda penerus bangsa. Peran mereka tidak hanya sampai disitu, mereka berusaha mencapai kemerdekaan, dan tepatnya pada tanggal 15 Agustus 1945 berita tentang kekalahan jepang diketahui oleh para pemuda. Mereka bertekad merebut kemerdekaan sebelum tentara sekutu datang.
Mereka mendesak golongan tua agar segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia, hingga pada tanggal 16 Agustus 1945 setelah membicarakan serangkai siasat, akhirnya diputuskan akan segera dirumuskan teks proklamasi yang disusun oleh Bung Karno, Bung Hatta, dan Mr. Ahmad Subarjo. Dan tepatnya pada tanggal 17 Agustus 1945 naskah proklamasi dibacakan oleh presideb pertama Indonesia, Ir. Soekarno atas nama rakyat Indonesia di jl. Peganggsaan Timur Jakarta.
Dari deskripsi di atas, kita akan sedikit memahami pola pergerakan mahasiswa. Jadi, selain beorientasi pada pengembangn diri juga untuk mengontrol dan memperbaiki public. Selanjutnya kita juga harus memahami bahwa pergerakn mahasiswa bukan hanya demonstrai-demonstrasi yang marak belakangan ini, hal ini terbukti dari opini dan cercaan mahasiswa yang terkesan melakukan gerakan anarkis. Jadi pemahaman terhadap pergerakan mahasiswa harus lebih luas lagi, jangan sampai kita terperangkap dengan pemahaman tekstual. Sebab, kalau pergerakan mahasiswa hanya dipahami sacara tekstual, akan memunculkan variasi tentang pergerakan mahasiswa.
Seharusnya kita sebagai mahasiswa dan pemuda generasi bangsa, harus belajar dari sejarah silam. Kesatuan yang menjadi modal utama penentu keberhasilan bangsa.